Monday, August 18, 2014

JANGAN MENGINGINI

By. Julia F. Lonan



"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu." Keluaran 20:17

Saya bukanlah seorang ahli Teologia atau peneliti Alkitab yang tahu dan mengerti setiap titik, koma, kalimat, konteks dan penulisan ayat-ayat dalam Alkitab. Tetapi saya tertarik untuk membahas ayat dari Keluaran 20:17 dalam konteks perselisihan akbar yang terjadi di Indonesia saat ini.

Dalam beberapa hari ini, kita semua tentunya berdebar-debar menunggu hasil keputusan MK terhadap gugatan hasil PEMILU Presiden 2014. Belum lagi hal-hal yang terjadi selama dua minggu ini yang sungguh membuat hati ciut....mulai dari ancaman penculikan, ancaman psikologis....atau bahkan sebelumnya dimana beredar video dari beberapa orang yang mendukung seorang calon presiden yang melakukan orasi (dengan nada keras....dan sedikit mengancam, menurut saya), dimana intinya adalah bahwa jika MK tidak menegakkan keadilan, maka para pendukung akan diturunkan ke jalan dan membentuk "pengadilan rakyat".


Secara khusus, saya tertarik pada sebuah video orasi oleh seorang perempuan paruh baya, berpendidikan dan agamais. Pertanyaan saya adalah....apakah perempuan ini sudah begitu "prejudice" nya sehingga dia menyakini bahwa MK akan membuat keputusan yang tidak adil? Lalu, pertanyaan lanjutan....keadilan menurut definisi siapa? MK atau kubu capres tersebut? Kalau begitu....bagaimana kubu capres yang lain? Apakah mereka tidak berhak mendapatkan keadilan? Kemudian mari kita bicarakan tentang orasi beliau yang berbicara mengenai kehendak rakyat agar capres tersebut ditetapkan menjadi presiden. Pertanyaannya, rakyat yang mana? Rakyat Indonesia? Bukankah rakyat Indonesia telah memilih capres yang mereka inginkan untuk menjadi presiden? Bukankah tidak semua bisa menjadi presiden, walaupun keduanya pasti INGIN menjadi presiden?

Kenyataannya dalam PEMILU Presiden kemarin kubu satu mendapatkan 46,85 % dan kubu yang lain mendapatkan 53,15 % (menurut data KPU yang mereka terbitkan di www.kpu.go.id).  Kenyataannya, mayoritas rakyat Indonesia memang telah memilih dan demikianlah hasilnya. Ini berarti KEINGINAN salah satu kubu pun terpaksa harus terkubur dan tidak terpenuhi. Tetapi bukan manusia namanya kalau tidak memiliki keinginan untuk berjuang. Manusia diciptakan memiliki akal pikiran dan kebebasan untuk memilih apa yang dia inginkan. Bahkan untuk memilih Tuhan yang mengasihi mereka atau dunia yang fana sekalipun, manusia berhak untuk memilih. Sehingga dalam konteks situasi politik sekarang ini terlihatlah dengan jelas mengapa kita diberi ayat penuntun didalam kitab Keluaran 20:17 itu...bahwa "jangan mengingini" itu merupakan pagar batasan yang baik. Bila kita perhatikan, keinginan yang luar biasa, tidak terpenuhi dan tidak terkontrol itu telah membawa seseorang dan/atau sekelompok untuk "merasa dapat melakukan apa saja" demi mencapai keinginan mereka. Saya rasa Tuhan bukan tidak mengizinkan kita untuk menginginkan yang lebih baik. Tetapi, "keinginan yang tidak memiliki batasan" akan membawa seseorang jauh dari pada Tuhan dan akan menjadi ancaman dan kerusakan bagi orang lain. "Jangan mengingini lembunya" mungkin dapat kita kontekstualisasi menjadi "Jangan mengingini kekayaan orang lain".....atau "jangan mengingini apa yang dipunyai sesamamu" dapat kita kontekstualisasi menjadi "jangan mengingini posisinya, kemenangannya, mobilnya, rumahnya, sepedanya".

Saya rasa, orang-orang yang saat ini masih sibuk untuk "memperjuangkan" posisi capres nya yang telah dinyatakan kalah orang KPU seharusnya berdiam diri, mengevaluasi dan belajar untuk menerima bahwa tidak semua keinginan kita dapat dipenuhi apa lagi kalau itu menyangkut keinginan orang lain juga. Tuhan saja tetap mengasihi manusia walaupun manusia memilih untuk tidak menyembah Dia. Oleh sebab itu, kalau seseorang mengatakan bahwa capres tertentu itu "titisan Allah" maka seharusnya sifatnya adalah baik dan ikhlas untuk menerima kekalahannya; karena Tuhan saja tidak pernah langsung mengirimkan petir dari langit jika manusia tidak memilih Dia sebagai Penguasa Langit dan Bumi bukan?

Sedih rasanya melihat bahwa kubu capres tertentu tidak menghargai pilihan rakyat mayoritas dan hanya mementingan "rakyatnya" saja. Jadi, apakah rakyat yang tidak memilih capres itu adalah rakyat yang bodoh dan berdosa....hanya mereka yang benar? Apakah rakyat yang sudah dengan ikhlas, berjalan menerobos segala kesulitan untuk memilih pilihannya, telah memilih pilihan yang salah karena tidak memilih capres itu sehingga harus "bertobat"? Oiya.....menurut mereka KPU juga salah dan telah melaksanakan ketidakadilan yang terstruktur dan masif. Jadi, kalau rakyat tidak bisa disalahkan sekarang KPU yang disalahkan karena membuat rakyat yang bodoh dan berdosa tadi memilih pasangan capres yang lain? Kalau nanti KPU "dimenangkan" oleh MK berdasarkan fakta yang dihadirkan...apakah kemudian MK juga bersalah karena masuk dalam konspirasi ini? Sehingga nanti mereka kemudian harus "mengadili MK" melalui pengadilan jalanan? Sungguh sangat menyedihkan bila kubu capres ini menghilangkan hati nurani dan akal sehat mereka demi sebuah KEINGINAN yang tidak bisa dipenuhi hari ini. 

Akhirnya, marihal kita membaca dan merenungkan batasan Alkitab ini bahwa kalau kita sudah mengingini yang dimiliki orang lain, maka itu akan menjadi kutuk dan bukan menjadi berkat.

Tuhan memberkati kita semua.

The End of the Year

The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...