Tuesday, November 27, 2012

1.5 Derajat

Sumber: FB Frankie Tambingon.

Bulan Oktober 1983, pesawat Korean Airlines dengan nomor penerbangan 007 berangkat dari Alaska menuju Korea. Rupanya ada kesalahan “kecil” pada komputer navigasi yang tidak diketahui oleh para awak. Arah penerbangan bergeser 1.5 derajat saat berangkat. Setelah 100 mil, perbedaan itu masih belum dideteksi. Namun pesawat 747 itu terus melenceng dari jalur yang seharusnya, hingga akhirnya melintasi wilayah udara Uni Soviet.

Radar Rusia menangkap kesalahan itu, dan jet Rusia mencegat Korean Airlines 007 dan mengeluarkan tembakan yang menyebabkan semua penumpang Korean Airlines meninggal. Hanya gara-gara selisih 1.5 derajat!

Berapa sering kita membiarkan perbedaan “1.5 derajat” dalam hidup kita? Kita berkompromi dan membiarkan standar moral kita bergeser “sedikit” lebih rendah dari apa yang kita ketahui sebagai kebenaran: sedikit kebohongan, sedikit menurunkan mutu, sedikit selingkuh, sedikit pornografi dan “sedikit” lainnya. Kita berpikir “sedikit” ini tidak akan berpengaruh. Salah besar! Tanpa disadari, kita menurunkan standar dan terseret dalam dosa yang lebih besar.

Orang berharap masuk surga, tetapi masih ingin hidup dalam dosa. Kita pikir, “Ah, Tuhan pasti mengerti…” Sayangnya, tidak demikian. Bagaimana menghindari kompromi? Tidak ada cara lain, selain mendekatkan diri pada-Nya. Mungkin hidup Anda tidak 100% bebas dari dosa, tetapi Anda memiliki kekuatan untuk berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan hati-Nya.




Monday, November 26, 2012

THE COMMERCIALIZATION OF CHRISTMAS...and every other holiday...

By Julia F. Lonan

I just recently learn about "Black Friday"...which according to Wikipedia "Black Friday is the day following Thanksgiving Day in the United States, traditionally the beginning of the Christmas shopping season."

I am not going into the theology of Christmas...but what interest me is the "commercialization" of Christmas....and every other holiday that I can think of..... It is interesting to me that what supposed to be the season of love, kindness, family and togetherness is transformed into greed, pride and vanity; the best Christmas party, the best Christmas gift, the best Christmas clothes, the best Christmas decoration, the best Christmas everything.  Everyone is encourage to shop...shop...shop...and the Christmas shopping rave that started in America is beginning to infect the rest of the world, including us here in Indonesia.

I guess if I am a retailer and a business owner, this is what I want and need to boost my sales before the closing of this year's book. However, as a regular person I really wonder if all this shopping and spending is really necessary? Can't we just show our love by simply doing good? But then again....doing good is identify with giving something to someone....and that is traditional across culture.

So, is commercialization of Christmas a bad thing? A product of greed, pride and vanity? Or is it just simply because people are trying to show love, kindness and togetherness?

Thursday, November 15, 2012

BERBAHAGIALAH!

"Mengenang om Umbu Tamu Kalaway"
Dalam kasih, persaudaraan dan kekeluargaan
RIP 15 November 2012


 Oleh: Julia Lonan Daimbani


Di Jakarta, matahari bersinar dengan cerah di pagi awal liburan panjang ini. Walaupun demikian, kecerahan pagi itu tertutup awan kesedihan yang gelap dan tebal; karena kami telah kehilangan seseorang yang kami anggap orang tua kami sendiri, orang tua yang begitu baik, ramah, penolong yang setia, lucu dan menyenangkan.

Secara pribadi, saya bertemu dengan om Umbu Tamu Kalaway baru sekali, tetapi beliau, tante Bidan, Umbu Woedy, serta keluarga besar telah menjadi teman, sahabat bahkan keluarga bagi Andri dan papa Dan, khususnya saat mama Tianar beristirahat....sehingga ini merupakan beban bagi kami dimana saat Tuhan mengizinkan om Tamu Umbu beristirahat, kami tidak bersama mereka disaat mereka membutuhkan. Sungguh beban dan kesedihan itu tidak terkatakan....marah terhadap situasi....dan kesal terhadap cerahnya matahari.

Menyapaikan bela sungkawa kepada dr Phero dan umbu Woedy sungguh merupakan aksi yang berat...yang penuh pergumulan. Tidak ada satu kata pun yang cukup menghibur, cukup indah, cukup menjelaskan perasaan hati terhadap kehilangan ini. Keinginan hati adalah untuk segera mengejar pesawat pertama dan terbang ke Sumba, untuk berada disana walaupun hanya sekedar menemani, sekedar membantu mengurangi beban keluarga....ataupun hanya sekedar...ada. Namun kenyataan hidup hanya mengizinkan doa dan harapan penghiburan yang dapat dilayangkan.

Sungguh hidup di dunia ini memanglah demikian kata Alkitab. Ada pertemuan, ada perpisahan....ada kelahiran dan ada kematian..."Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya." (Pengkhotbah 3:1) Air mata dan kesedihan pastilah akan tercurah disaat-saat seperti ini, tetapi akan tiba waktunya dimata air mata dan kesedihan itu harus pelan-pelan diganti oleh janji pengharapan dan iman kepada Yesus Kristus yang mengatakan berbahagialah..."Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4)

Yesus sangat mengerti kehilangan yang kita alami. Dia sendiri harus mengalami kehilangan hubungan-Nya yang intim dengan Allah saat Dia menyerahkan diri-Nya untuk mati di kayu salib. Maka dari itu Kristus sendiri memberikan janji ini bagi kita yang sedang dirundung duka agar tidak lama larut dalam kesedihan karena perpisahan dengan orang yang kita kasihi, "....Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."" (Wahyu 14:13)

Hati, pikiran dan kasih kami saat ini ada bersama tante Bidan, umbu Woedy,  dr Phero dan seluruh keluarga di Waingapu, Sumba, NTT. Maafkanlah dan ampunilah kami, karena kami tidak bisa bersama dengan umbu Woedy, dr Phero, adik-adik dan khususnya bersama tante Bidan untuk menemani, menolong, menguatkan dan mendoakan secara langsung. Harapan dan doa kami adalah bahwa semua keluarga boleh dikuatkan dan dihiburkan dalam menghadapi kehilangan ini. Mengutip sebagian kata-kata James Weldon Johnson dalam bagian akhir puisinya yang berjudul "Go Down Death" (Kematian, turunlah)...

....
And Jesus took his own hand and wiped away her (his) tears,
And he smoothed the furrows from her (his) face,
And the angels sang a little song,
And Jesus rocked her (him) in his arms,
And kept a-saying: Take your rest,
Take your rest.

Weep not--weep not,
She (He) is not dead;
She's (He's) resting in the bosom of Jesus.
====

....
Dan Yesus mengangkat tanganya dan mengapus air matanya,
Dan Dia menghilangkan kerutan dari wajahnya,
Dan malaikat-malaikatpun menyanyikan lagu yang merdu,
Dan Yesus menimbang dia di tanganya
Sambil berkata dengan lembut; beristirahatlah,
Beristirahatlah.

Janganlah menangis --- janganlah menangis,
Dia tidak mati,
Dia beristirahat ditangan pangkuan Yesus.

Buat tante Bidan, umbu Woedy, dr Phero, adik-adik dan keluarga besar om Umbu Tamu Kalaway....Janganlah menangis lagi....hapuslah air matamu karena om Umbu Tamu telah tidur dan beristirahat dari jerih lelahnya ditangan pangkuan Yesus Kristus, sang Penguasa Hidup dan kematian itu. ***


Wednesday, November 14, 2012

DISEGARKAN KEMBALI

By Julia F. Lonan

Akhir pekan tanggal 9 - 11 November 2012 yang lalu, kami diundang ke acara seminar Alkitab singkat yang dibawakan oleh seorang pembicara bernama Peter Gregory dalam acara "Get Ready for Take Off" Bible Seminar yang diadakan oleh Komsel Inhfluend di bilangan Cipete. Seminar Alkitab tersebut membahas kitab Kejadian dengan pembawaan yang ringan dan lugas dari pembicara Korea-Amerika tersebut.

Walaupun materi pembahasan boleh dibilang ringan, namun dari pembahasan selama tiga hari tersebut, secara iman pribadi saya disegarkan. Sungguh menyenangkan dapat duduk, mendengar dan mempelajari tanpa harus dibebani persiapan berbicara, bercerita anak-anak atau seminar. Memang semenjak suamiku melayani wilayah Jakarta dan sekitarnya selama satu tahun ini, kami disibukkan dengan perkunjungan ke gereja-gereja di seluruh Jakarta; dimana disetiap gereja suamiku harus berbicara dan aku mendampingi dengan tugas rutin bercerita anak-anak atau seminar komunikasi dan/atau rumah tangga. Jarang sekali kami dapat kesempatan untuk duduk dan menikmati nikmatnya roti hidup itu. Sehingga tanpa disadari jiwa dan iman kami lapar dan haus akan kebenaran itu, sama seperti orang lain. Oleh sebab itu saya sungguh bersyukur bahwa kami mendapatkan kesempatan untuk duduk, mendengarkan dan menikmati pelajaran kita Kejadian melalui seminar Alkitab tersebut tanpa beban sehingga selesai pun kami disegarkan.

Peter Gregory, 43 tahun, adalah seorang pembicara awam yang berkeliling dunia untuk membagikan injil kebenaran. Sebagai warga negara Amerika keturunan Korea, beliau memiliki gaya berbicara yang unik berdasarkan latar belakang, Korea-Amerika dan penari B-boy yang dilakukan semasa mudanya. Sehingga ini sangat berterima dengan anak-anak muda yang menghadiri acara seminar tersebut. Pembawaannya yang santai dan mudah bergaul menciptakan suasana yang santai namun tetap serius. Diawali dengan perbaktian dan kesaksian melalui puji-pujian, para peserta kemudian diajak untuk melihat kitab Kejadian 1-3 sebagai ringkasan dan awal mula dari mempelajari keseluruhan Alkitab.


MY NEW FOUND HOBBY...KNITTING (Merajut)

By Julia F. Lonan

These past few months, I have been obsessed with knitting. I have to admit that obsessing over anything is not good....but somehow, I was so into my new found hobby that my husband scold me once or twice for ignoring my routine life.

Why knitting you ask? Isn't knitting for grandmother that can't do anything? Those are the same questions I asked my friend La Vinna and Rebecca who introduced to me to the "funky" and "fun" side of knitting. They showed me, unlike grandmothers in northern Europe and America who knit out of necessity....because of the harshness of the weather...but for us in this tropical Indonesia, knitting is for fun, art, style, accessories, business, patience training and occasionally....for the weather....

Thus began my journey into this world of young, fun, funky and creative knitting. When I first learn to knit, the year was 2010...I bought my needles and my yarns....after two years, broken yarns and many mistakes later...I finally finish my first....two shawls....from two different types of yarns. I tell you, I am very proud and satisfy that I finish what I need to accomplish. Although knitting is not the easiest activity you can find and do, but I learned that I can handle waiting much better if I have my needle and yarn with me. So, it is safe to say that knitting did something good to me...that is....teaching me to be more patience in waiting, whether waiting for my son to come out from school, waiting for my husband or waiting in the doctor's waiting room.


Therefore, when you are looking to improve your ability to be patience, applying what God has commanded in Galatians 5 and at the same time increase your Emotional Intelligence try knitting....you will be challenged and by the Grace of God....you will conquer!!


Tuesday, November 13, 2012

BULLYING

 By Julia F. Lonan

Tadi malam anakku mengaku bahwa dia di "bully" di sekolah...dan sudah terjadi sejak dia kelas 1 SD. Terenyuh hatiku seketika dan kemudian semua emosi muncul satu persatu, mulai dari sedih, kemudian kasihan, dan akhirnya marah. Sungguh aku tidak menyangka di sekolah yang kami pilih dengan semua pertimbangan itu ternyata ada seorang anak yang membuat anakku stress sampai sakit. Reaksiku kemudian adalah keinginan untuk mencari anak itu dan melakukan hal-hal yang....tidak Kristiani....tapi, atas campur tangan Roh Kudus, pemikiran itu di tenangkan. Kemudian aku berargumen, dengan Roh Kudus yang menghalangi pemikiran jahatku itu, dengan mengatakan, bagaimana kalau aku memasukkan anakku les Karate....paling tidak dia dapat mempertahankan dirinya, menahan dan melampiaskan emosinya kepada olah raga. Tapi kemudian aku diingatkan bahwa kejahatan tidak pernah selesai dengan pembalasan. Roh Kudus benar-benar bekerja.


Akhirnya saat malam agak larut dan anak-anak sudah tidur, aku berdoa dan "mengadu" kepada Tuhan. Aku tidak terima anakku diperlakukan seperti itu. Aku ingin membalas...paling tidak ingin ngomong ke anak itu...sayangnya mengingat "status" ku yang "spesial" itu, akhirnya aku hanya bisa mengadu dan mengadu kepada Tuhan. Doaku penuh kekesalan dan kesedihan....aku hanya berharap Tuhan mengerti dan menerima doaku itu.

Pagi ini aku melihat-lihat beberapa situs  tentang "bullying" ini. Ada banyak sekali situs yang berusaha membantu orang tua mengahadapi masalah ini. Sayang, situs seperti ini tidak aku temukan...tapi artikel yang mengangkat isu ini banyak. Kenapa ya orang Indonesia belum melihat masalah bullying ini sebagai sebuah masalah? Menurut pendapat dan pengamatan pribadiku adalah hal-hal berikut:

1. Kalau di kampung-kampung, masalah ini jarang terdeteksi karena semua orang saling mengenal, dan semua orang bisa memarahi anak yang mem "bully" itu...sehingga orang tua cukup keras dan berhati-hati terhadap perlakuan anaknya. Jadi bullying bisa kurang atau tidak ada.

2. Kalau di kota besar, orang tua sibuk bekerja dan individualistis...walaupun "over protective" terhadap anak-anak mereka, tapi tidak berkomunikasi dengan mereka, karena mereka hanya akan mendengar "laporan" perkembangan dari para pengasuh anak-anak mereka.

Oleh sebab itu, sepertinya kita sebagai orang tua harus lebih sensitif, membuka saluran komunikasi dan awas terhadap kejadian-kejadian di sekolah. Kalau anak kita ternyata si pem"bully" maka kita harus bisa merubah perilaku yang buruk itu sebelum anak kita tersandung masalah seperti halnya kasus-kasus tawuran dan bullying di Jakarta. Jika, anak kita adalah korban dari bullying, maka kita harus mencari tahu siapa si pem"bully" anak kita itu. Kalau bisa kita temui dan nasehati, maka kita harus membekali anak kita untuk bisa mempertahankan dirinya dan menguatkan hatinya. Selain itu, permasalah ini harus diketahui pihak POMG, guru dan sekolahnya agar mereka juga terlibat aktif dalam mencegah permasalah ini.

Monday, November 12, 2012

I'm amazed -- The Deepest Step Well in the World -- repost from Reality POD

When I saw this picture earlier on my Facebook page, I remember a picture or painting that look similar to this. I thought it was just someone imagination but when I saw this, I was so amazed how similar to that picture and how people use their creativity and ingenuity to actually create and build something like this...it is so....wow!!!  BRAVO REALITY POD FOR POSTING THIS PICTURE!!!

So check it out my re-posting from Reality POD

Chand Baori is a famous step-well situated in the village Abhaneri near Jaipur in Indian state of Rajasthan.

The Chand Baori, a vast well with flights of steps on three sides, is a 10th century monument situated in Abhaneri. It is a fine example of the architectural excellence prevalent in the past. This impressive step well is as deep as a seven storeyed building. The famous Harshat Mata temple situated opposite to this well shows that there must have been a religious connection with the step-well. The well is 35 m on each side with steps leading down from each side and water can be drawn from any level.

Thursday, November 8, 2012

BEDA PENDAPAT, PERTENGKARAN DAN "EMOTIONAL INTELIGENCE"

By: Julia F. Lonan

Beda pendapat merupakan hal yang biasa terjadi antara dua orang....tetapi perbedaan pendapat yang terjadi antara orang yang saling mengasihi menguras lebih banyak energi dari pada kalau kita berbeda pendapat dengan teman biasa...ini mungkin disebabkan karena emosi panas dan kemarahan ini pada akhirnya harus bisa dibalikkan kembali menjadi emosi cinta dan kasih sayang. Seperti halnya naik sepeda yang turun dengan cepat di jalan yang mulus dan menurun, kemudian harus naik kembali melalui tanjakan yang terjal, berliku, dan berbatu...benar-benar menguras energi dan sangat melelahkan.

Didalam program HCI "Rumah Tangga Bahagia", saya dan om Nico Koroh selalu membahas mengenai pengendalian diri, 'emotional intelligence', kesabaran dan bahwasanya semua itu menunjukkan kedewasaan apabila kita bisa mengatasi keadaan itu, maka akan meningkatkan stabilitas dalam hubungan suami dan istri. Saya sangat menikmati dan belajar banyak setiap kali kami taping dan membahas hal-hal tersebut....namun, setelah rekaman itu di "bungkus" dan lampu studio itu mati...maka kembali kepada kehidupan nyata dimana kita harus menerapkan apa yang sudah didiskusikan. Sebagaimana teori yang harus dibuktikan, maka melakukan apa yang didiskusikan itu ternyata tidak mudah. Inilah mungkin waktu dimana kita membutuhkan penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya....karena membalikkan dan mengembalikan emosi negatif menjadi positif itu sulit....bahkan sangat sulit.

Aku kadang-kadang mempertanyakan diriku sendiri, mengapa aku berani sekali menerima panggilan pelayanan untuk menjadi "host" di acara 'Rumah Tangga Bahagia' itu? Aku sangat menyadari bahwa kehidupan rumah tanggaku tidak sempurna dan berumahtangga itu bukanlah sebuah hal indah di awan-awan...berkeluarga itu perlu doa yang tidak berkeputusan, kerjasama, dan pengendalian diri....dan aku menyadari bahwa aku tidak punya ketiganya. Namun, aku juga menyadari bahwa Tuhan memanggilku untuk membawakan acara tersebut supaya aku juga terus belajar dan terus menerus diingatkan bahwa aku, suami dan anak-anakku harus terus-menerus berdoa, bekerjasama dan saling membantu untuk mengendalikan diri agar kami, sehingga bersama-sama, kami dapat menciptakan rumah tangga kami yang bahagia....rumah tangga kami yang layaknya surga kecil di bumi ini....dan itu terjadi, benar-benar terjadi, bila kami secara keluarga melaksanakan dan melakukan doa serta kebaktian keluarga bersama, bekerja bersama dalam segala hal dan mengendalikan kemarahan masing-masing.

Itulah mungkin yang aku harus yakini, syukuri dan memuji Tuhan Alam Semesta ini yang mengetahui kelemahan aku dan keluargaku. Sehingga, dalam kasih-Nya, Dia juga memberikan aku dan keluargaku jalan untuk diingatkan dan dikuatkan. Oleh sebab itu, asal kita mau berserah dan menerima pengajaran serta pengarahan-Nya maka aku yakin bahwa keluargaku akan baik-baik saja sampai Tuhan Yesus datang kembali. Amin.





Thursday, November 1, 2012

TRAFFIC IN JAKARTA.....HORRIBLE MOTORCYCLISTS!!!

By Julia F. Lonan

One of the thing I hate about traffic in Jakarta is......(everybody together now)....the motorcycles. No offense to those who own motorcycle...and I have nothing against these people after they open their helmet....it's just, after they put on their helmet and started their engines.....somehow...they changed!!! They become these horrible, impatient, "I must be in front of everyone at all cost", "hold on I must pass first", "I can't stop nor be inline" and incredibly selfish "speed demons".

Why did you say I accused them in such a way...well, let's examine the facts (I only listed five, although I can go on and on):

1) When everyone is waiting for the red light....all the motorcyclists race to be in front of all the cars, even if they, pass the white stopping line, close up the zebra cross, and close the other ways of the junction....hell...other pedestrians or cars can find other ways....

2) If the street is a one way street (such as in Jl. DR Sahardjo, Manggarai, Jakarta), somehow the motorcyclists feel that it is "ok" to go against the flow of traffic because the 'U' turn is to far away and/or they think they are just a "small" motorcycle that will not bother the flow of the traffic....oh and don't forget, they can use the pedestrian walk or crossing because they are small....kinda like a bicycle...only with motors....no biggie...

3) If a car hit a motorcyclist it is always the car's fault, no matter if the motorcyclist went against the flow of the traffic and broke the traffic law....this is because the car is "bigger" and they should've "seen the smaller" motorcycle.....

4) Somehow, zooming in between and around the traffic, whether is moving or stopping, is the "norm" of being a motorcyclists....if you follow the traffic rules, regulations and laws then you are a stupid motorcyclist. Ooo and it is okay to use the pedestrian walk during traffic jam...because they are small...kinda like a bicycle...only with motors....no biggie...

5) Motorcyclist can 'U' turn anywhere even though it is a small gap in the median, a turn with no 'U' turn sign or a beautiful bed of flower or shrubs in the middle of the road....they don't want to find a proper 'U' turn because proper 'U' turn is too far away for the small motorcycles....you are an idiot to follow the rule....

I feel that the motorcycle need to have a tougher law, regulation and punishment....however, I don't know how the government can regulate these people because somehow everyone who put on a helmet and ride a motorbike turn from being smart and intelligent persons that they are....into a horrible and stupid monsters that  jeopardize their safety and everyone else who has the same right to use the road; and this include the officer of the law, the traffic officers and the police themselves. The motto here is "if you cannot beat them....join them".....so now what???


The End of the Year

The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...