Monday, May 20, 2013

My Lace Triangle Shawl


When I first started knitting, I never thought I would finish my first scarf much less finish a lace project. Yet...after a long three months and six roll of 100gr local cotton in pink, I finally finish my adult size triangle lace shawl with a pattern given by a friend. Even though it is not perfect cause there are some mistakes here and there...and it still need to be blocked....I am so proud of it. So...I will continue to the next project, which is making a matching hat for this shawl.

Check this out....





Saturday, May 18, 2013

Bibit Tumbuh Karena Nutrisi Tanah, Air dan Matahari

Oleh Julia Lonan


Kembali saya ingin membahas sebuah pernyataan yang mengatakan "cinta saya kepadanya sudah
habis".  Bagi saya, ini tadinya merupakan pernyataan yang sulit dimengerti. Tetapi dalam pelayanan bahkan kehidupan sosial saya, sering kali saya mendengarkan pernyataan ini. mungkin yang paling membingungkan adalah bagaimana cinta itu "habis"? Kalau dia bisa habis, berarti tadinya ada yang mengisi/memberi? Atau itu hanya muncul tiba-tiba dalam keadaan penuh? Sungguh ini bagi saya aneh karena cinta bagi saya sangat abstrak. Sesuatu yang semu dan tidak kelihatan....hanya dirasa. Cinta bagi saya tidak bisa dibentuk, diganti, diisi atau ditumpahkan....jadi tidak bisa penuh dan tidak bisa habis. Oleh sebab itu, bagaimana bisa timbul ekspresi "cinta saya kepadanya sudah habis"? Tulisan saya kali ini terinspirasi sebuah kejadian yang saya alami sehingga saya mendapatkan pencerahan terhadap pernyataan atau ekspresi "cinta itu sudah habis". 

Saat seseorang itu "jatuh cinta" maka dia merasakan perubahan kimiawi didalam tubuhnya. Perubahan ini mendorong perilaku dan keinginan untuk selalu dekat dan berkomunikasi dengan orang yang dia "jatuhi cinta"nya. Ini pun berlaku pada konsep "mengasihi" yaitu saat kita mengasihi seseorang maka keinginan kita ingin selalu bersama dan berinteraksi dengan orang tersebut....dan ini bisa anak, orang tua, ataupun sahabat. Tetapi ekspresi "cinta itu habis" bisa juga terjadi pada "kasih". Mungkin sebelum saya meneruskan pembahasan ini, kita harus mengerti  konsep cinta dan kasih. Menurut saya ini merupakan persamaan kata yang secara teknis sebenarnya membahas konsep cinta Eros dan cinta Filia/Agape. Oleh sebab itu, untuk kepentingan penulisan ini, cinta itu bisa digunakan bersama/bergantian dengan kasih....*uugh...sebenarnya saya tidak mau terlalu teknis..tapi ya sudahlah....mari kita teruskan*.

Kembali kepada keadaan jatuh cinta atau mengasihi seseorang tadi; saat kita mulai membina hubungan cinta kasih itu, hal yang paling sering kita lakukan adalah berkumpul dan berkomunikasi untuk bertukar pikiran, "menggali dalamnya hati" dan mencari tahu akan perasaan orang tersebut kepada kita. Semua ini kita lakukan dengan bercerita dengan kata-kata, membaca bahasa tubuh, serta menginterpretasikannya sentuhan, jarak dan komunikasi dengan bantuan media Computer/telepon. Ini semua berlangsung dalam waktu tertentu, bisa cepat bisa lama, tetapi tetap dengan sebuah waktu tertentu. 

Itulah sebenarnya awal mula dan asal usulnya. Jika kita perhatikan saat kita "jatuh cinta", saya bisa menyimpulkan bahwa inilah saat-saat kita "mengisi" cinta kasih itu ke dalam diri kita atau ke dalam diri orang yang menjadi objek cinta kita. "Pengisian cinta" itu bisa berlaku dengan cepat, bisa dengan perlahan-lahan tergantung seberapa besar, cepat dan lancarnya jalur komunikasi itu. Inilah kemudian bisa juga kita gunakan saat kita ingin menghabiskan cinta itu, karena "habis cinta" itu tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan sebuah keputusan yang biasanya terjadi satu pihak karena kebutuhan komunikasi pihak tersebut tidak terpenuhi. Analogi yang saya pakai dalam hal ini adalah analogi bibit buah. Saat bibit itu dengan sengaja atau tidak sengaja ditanam ditanah yang siap menerima, maka bibit itu membutuhkan nutrisi tanah, air dan sinar matahari. Selama nutrisi tanah, air dan sinar matahari itu didapat dengan lancar, maka bibit itu pun akan bertumbuh dengan baik dan sesuai. Ini pun berlaku pada yang memberikan nutrisi tanah, air dan matahari. Jika tanah itu mulai mengering, air tidak dikasih dan matahari ditutup, maka bisa kita simpulkan bahwa bibit itu tidak akan bertumbuh, atau, kalaupun bertumbuh mungkin tidak bertahan lama bahkan akan mati. Begitulah cinta itu. Cinta yang kita samakan dengan bibit, akan bertumbuh dengan baik jika ada nutrisi tanah yaitu hati yang menerima, air sebagai jalur dan isi komunikasi serta matahari atau Tuhan yang terlibat dengan memberikan kehangatan dan menumbuhkannya.

Jadi sekarang marilah kita lihat kondisi bibit cinta kita, apakah baru atau sudah lama bertumbuh. Jangan kita cepat-cepat menyalahkan bibit atau tanah itu sehingga kita merasa lebih baik pindah tanah. marilah kita lihat apakah bibit itu lama bertumbuh, apakah tumbuhan itu kurus dan kering atau dia bertumbuh dengan baik sehingga berbuah dengan lebat? Jika belum bertumbuh atau belum bahkan kering dan tidak erat, maka marilah kita lihat apa yang telah berkurang dalam pertumbuhan cinta itu. Apakah faktor hati kita atau faktor air atau faktor matahari. Lihatlah tanah hati kita, apakah kita perlu memberikan humus tambahan berupa waktu, menggemburkannya dengan merubah cara kita berpikir atau memberikan obat pembersih hama karena ada orang lain yang berusaha untuk mengganggu hati dengan perkataan dan godaan yang buruk? Kemudian, lihatlah juga saluran air yang diberikan oleh pasangan atau orang yang kita sayangi itu. Apakah dia memberikan air dengan lancar, tepat waktu dan baik? Jika ini tidak terjadi, maka tanda dan peringatan yang Anda berikan haruslah jelas. Diskusikanlah keberatan anda karena bibit itu itu bukan hanya ada di hati Anda sendiri, melainkan juga di hati orang yang memberikan air itu. Anda juga harus lihat, apakah air dari Anda itu lancar atau juga tidak lancar. Yang terakhir, apakah Anda menut sinar matahari itu dari hati Anda? Apakah Anda berusaha mendekatkan diri dan berbicara pada Sang Sumber Kehangatan itu? Atau malah menutup dan menghindarinya? Ini semua haruslah ada dulu dalam hidup Anda karena, kalaupun Anda melibatkan pendeta untuk menengahi situasi habis cinta ini, maka pendeta pun akan mempertanyakan hal yang sama. 


Oleh sebab itu, nasihat saya agar cinta kita tidak habis, kering ataupun layu, bukanlah hal yang luar biasa yang jarang kita dengar; melainkan hal-hal yang sering kita dengar, tertawakan bahkan sering dianggap remeh. itu semua ada baiknya kita lihat dan evaluasi dimulai dengan melihat hati kita dahulu. Perbaikilah cara kita berpikir, tambahkan waktu untuk teman/pasangan Anda dan buanglah hal-hal yang akan mengganggu pertumbuhan cinta Anda termasuk beban masa lalu dan orang lain yang mengganggu. 

Kemudian, kita juga harus melancarkan jalur komunikasi. Ini terlebih penting bagi cinta yang sudah lama berjalan sehingga sering kali kita merasa bahwa teman/pasangan itu sudah tau apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan kita. Sayangnya....ini tidak benar. Kita belum menjadi telepat atau malaikat yang bisa membaca pikiran orang lain. Oleh sebab itu, usahakan agar kita tetap mengkomunikasikan perasaan, keinginan dan kebutuhan kita kepada teman/pasangan/orang tua kita. Itulah yang akan membasahi hati kita dan tetap menumbuhkan bibit dan memenuhkan cinta dalam hati kita. 

Terakhir dan tidak kalah penting adalah faktor Ilahi. Sejauh dan sebanyak apapun usaha yang kita lakukan untuk menumbuhkan bibit, tetapi kalau kita tidak melibatkan Allah Surgawi maka bibit itu tidak akan tumbuh dengan sehat, memiliki kelainan dan akan cepat mati...maka habislah cinta itu. Ketiga hal itu merupakan hal-hal yang esensial dan terpenting untuk mengisi dan menumbuhkan cinta dalam hati kita. Oleh sebab itu, marilah kita kembali melihat kepada kita sendiri dan cobalah untuk bertanya, apakah cinta itu habis karena hati kita yang sudah tidak subur lagi, air yang tidak ada atau kita tidak dekat dengan Tuhan? ***

Friday, May 17, 2013

Versi Jawabanku dari Pertanyaan "Kenapa Kita Berkomunikasi?"

Oleh: Julia F. Lonan


Ada sebuah ekspresi yang mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian. Walaupun dalam beberapa kasus kita temukan ada manusia yang lebih menyenangi kesendirian tetapi kita tetap harus berinteraksi dengan manusia lain seberapapun banyak nya itu. Alasannya sederhana saja, karena menurut Alkitab, Tuhan tidak menciptakan manusia itu sendiri.
Di dalam pekan penciptaan, Allah telah melakukan komunikasi yang belum ada yang bisa mendefenisikan sebagai bentuk komunikasi apa….Alkitab, dalam Kejadian 1:3 hanya mengatakan bahwa “Berfirmanlah Allah….jadilah terang”. Itulah menurut saya, contoh mula-mula komunikasi dalam Alkitab dimana Allah menyampaikan sesuatu melalui perkataan-Nya ke alam yang kosong ini dan alam itu membalas atau menjawabnya dengan membentuk terang. 
Kemudian, saat Allah tiba di waktu untuk menciptakan manusia, Allah tidak sekedar “berfirman” melainkan memberikan pertimbangan dengan mengatakan “baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (lihatlah Alkitab anda dalam Kejadian 1:26)…merupakan contoh interaksi Ilahi untuk menjalankan PUNCAK dari MEGA PROYEK PENCIPTAAN yaitu menciptakan manusia; laki-laki dan perempuan.
Setelah itu, kita juga telah mempelajari di Kejadian 2:7 bahwa “Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;” keadaan ini, menunjukkan betapa Tuhan amat sangat mencintai manusia karena manusia itu direncanakan, kemudian dibuat dengan tangan Allah sendiri dengan intim, penuh sentuhan dan perasaan kasih sayang, dan diberikan nafas kehidupan. Inilah komunikasi melalui sentuhan dan bahasa pergerakan tubuh yang pertama. Selanjutnya, Allah berbicara dengan manusia itu, mengenalkan dia kepada dirinya sendiri, dunia yang telah Allah ciptakan, memberikannya tugas dan tempat untuk tinggal dan dikerjakan yaitu taman Eden. Inilah komunikasi antar personal yang pertama yaitu antar personal manusia dan personal Tuhan.
Lalu, saat Allah mempertimbangkan keberadaan manusia itu, Allah melihat bahwa manusia itu sebagai makhluk sosial...tidak baik untuk sendiri. Saya tidak bisa memastikan apakah yang terjadi saat Adam dibangunkan dari “operasi pengambilan rusuk” nya. Tetapi saya berimajinasi bahwa pastilah Adam “jatuh cinta pada pandangan pertama” saat pertama sekali melihat perempuan cantik dan sempurna yang diberi nama Hawa itu. Alhasil, inilah komunikasi antar gender yang pertama itu.
Jadi kenapa kita berkomunikasi? Well, bagi saya jawabannya adalah karena Allah, dalam segala kemuliaan dan kebijaksanaan-Nya telah menciptakan komunikasi itu bagi manusia, bukan saja untuk interaksi horisontal atau dengan sesama melainkan yang paling penting adalah untuk interaksi vertikal, yaitu interaksi dengan Dia yang sangat mencintai kita. Dari awal Alkitab sampai penggunaan "multimedia ilahi" dalam kitab Wahyu, Allah berkomunikasi dengan kita, menerangkan segala rencananya, memohon dan meminta agar kita manusia kembali kepada-Nya yang sangat mengasihi anda dan saya. Oleh sebab itu, marilah kita belajar dari Alkitab hari ini dengan memperbaiki cara kita berkomunikasi.***

Wednesday, May 15, 2013

Proyek, Laporan, Ujian & Nilai

Oleh: Julia Lonan

Minggu ini adalah musim ujian di kampus kami. Mahasiswa dan dosen sibuk menyelesaikan, mempresentasikan, mengikuti & menilai proyek, "paper", laporan dan ujian. Tekanan berat dalam minggu ini bukan saja dirasakan oleh mahasiswa, tetapi dosen serta keluarga pun merasakan dampak dan imbas dari sibuknya minggu ini. Tetapi, semua ini akan ada akhirnya.

Walaupun sekarang saya sudah menjadi dosen, tetapi belum lama berlalu dan akan masih saya hadapi status menjadi mahasiswa. Sehingga saya merasakan apa yang dirasakan mahasiswa....perasaan tidak siap dan tidak mampu itu menghantui hari-hari terakhir dalam semester berjalan ini. Saat menyelesaikan program S-1 dulu, tekanan itu sepertinya 10x lebih berat dibandingkan saat mengambil program MA dan MBA sekarang ini. Kalau mengenang hari-hari itu, saya bersyukur bahwa saat itu niat dan keinginan saya mengalahkan banyak hal...sayangnya, penyesalan itu datang belakangan.

Niat dan keinginan untuk menyelesaikan program BA dalam 3 tahun dari empat setengah tahun yang diprogramkan itu telah menyisakan perasaan kehilangan atas nikmatnya pengalaman berkuliah. Saat ini, sebagai dosen, saya melihat mahasiswa-mahasiswa yang demikian dan saya memilih untuk memberikan nasihat agar "calm down"....santai aja sedikit....nikmati hari-hari menyenangkan sebagai mahasiswa dimana kita masih bisa melakukan eksperimen kehidupan dimana kesalahan dengan konsekuensinya masih bisa diredam di dalam dinding kelas dan pertemanan itu indah untuk dijalani. Nikmati kemudaan dengan belajar dari pengalaman, bertemu dengan orang lain dan indahnya dunia di luar kenyamaan hidup dengan orang tua.

Penyesalan? Mungkin sedikit....karena kalau saya bisa, saya ingin menikmati hari-hari saya sebagai mahasiswa dengan lebih panjang lagi...dengan sedikit lebih santai...dengan lebih banyak belajar dari jalan-jalan dan bertemu dengan orang baru. Keinginanku untuk melakukan hal-hal yang "adventurous" juga masih ada...hanya sekarang itu lebih sulit dilakukan. Alhasil...penyesalan tinggal penyesalan. Oleh sebab itu, selagi masih bisa, coba, rasakan dan lakukanlah hal-hal yang bermanfaat, positif tetapi tetap menyenangkan sehingga penyesalan itu tidak ada saat sibuknya hidup dewasa itu tiba.

Sunday, May 12, 2013

Mood....moody....

By Julia F Lonan

It is interesting to know that writing cannot be determined by what mood you are having today. It is also unprofessional to depend on your mood to write. Unfortunately, human are very moody. We are moody from all sort of things, stuff and situations. So, it is suggested that you need to start disciplining yourself to write every day no matter what mood you are having. Yet, everyday your mood will change....heck every minute your mood will change...then what? I guess you just need to write on that mood....whatever makes you tick....whatever makes you happy....or whatever changes your mood.
Interesting!!!

Saturday, May 11, 2013

"Orang Digigit Anjing, Biasa! Tapi....Orang Menggigit Anjing?"

Oleh: Julia F Lonan


Pernyataan "orang menggigit anjing" itu tidak biasa kalau kita dengar dalam sebuah acara kebaktian jemaat. Tetapi, itu adalah pernyataan dari sebuah pelajaran yang dipaparkan oleh ibu Isye Soentoro dalam acara pagi "Sharing Hope Beyond Borders part II" yang dilaksanakan di Wisma Abdi, Cipayung - Puncak, Jawa Barat pada 9 - 11 Mei 2013. Pelajaran yang menyangkut orang dan anjing itu merupakan bagian dari pelajaran Penulisan Berita singkat bagi para pemimpin komunikasi dan anggota jemaat yang berminat dalam media dari jemaat-jemaat GMAHK Se-Jakarta & sekitarnya.

Pelatihan tiga hari di Puncak ini dikhususkan kepada pelayanan menggunakan media televisi, radio dan Internet untuk menjangkau orang yang ingin mencari Yesus dan merubah kehidupan mereka agar menjadi lebih baik. Selain itu untuk membekali dan menginspirasi peserta untuk dapat meproduksi program sederhana di jemaat masing - masing dan bagi jemaat lain di Jakarta. Oleh sebab itu, para peserta dibekali dengan pengetahuan Alkitabiah dan pengetahuan teknis untuk mengoperasikan berbagai alat pendukung media. Para pembicara adalah pendeta-pendeta dan anggota jemaat yang berkompeten dalam bidang media Umum dan Kristen, seperti Lendhy Maramis (mCreative PH), Donald Weley (Hope Channel Indonesia) dan Tyo Makaminan (Radio Gema Pengharapan). 'Workshop' kilat kali ini juga disertai praktik pembuatan Program audio & video secara berkelompok dengan 'single camera' dan simulasi peliputan acara Sekolah Sabat dan Khotbah menggunakan "multi-camera".

Suasana santai tapi serius sangat dirasakan selama pelatihan berlangsung. Walaupun bagi kebanyakan orang ini adalah hal yang baru, tetapi antusiasme, semangat dan kegembiraan sangat dirasakan dalam acara ini. "Semoga acara seperti ini bisa dilakukan lagi tahun depan" komentar bapak Albertus dari Jemaat Kebayoran yang ternyata disuarakan sama oleh peserta utusan jemaat Cikarang, Bukit Sentul dan Kayu Putih.






Wednesday, May 8, 2013

Vertikal & Horizontal

Oleh: Julia F. Lonan

Dari Twitter nya Radio Gema Pengharapan (@echoofhope) saya mengutip bahwa "Pengharapan & kebahagiaan datang dari bersekutu intim dengan Tuhan dan bersahabat dengan orang lain."

Kita kadang-kadang berpikiran bahwa hubungan vertikal kepada Tuhan cukup karena Tuhan memberikan segala-galanya. Memang benar, Tuhan akan memenuhi segala keperluanmu sesuai kasih karunia-Nya. Tetapi hubungan horizontal juga tidak kalah penting karena berbagai hal:

1. Tuhan saat menciptakan manusia, menciptakan lebih dari satu manusia karena dia tidak melihat bahwa "tidak baik manusia itu sendirian". So, jika kita mulai merasa sendirian, maka itu tidak baik. Oleh sebab itu carilah teman.

2. Di seluruh bagian Alkitab, selain menekankan pentingnya bersekutu dan berhubungan dekat dengan Tuhan; Alkitab juga memberikan nasihat dan ajaran bagaimana berhubungan dengan sesama manusia. Lihat saja 10 Hukum; Hukum 1 - 4 adalah mengatur hubungan kita dengan Tuhan sedangkan 6 hukum terakhir mengatur hubungan kita dengan manusia lain dan kemudian menjadi dasar dari banyak hukum dan perundang-undangan di dunia ini.

3. Hubungan horizontal yang dimaksud bukanlah hanya untuk orang dewasa saja. Melai
nkan hubungan orang dewasa dengan anak-anak atau antar 1 gender saja. Hubungan horizontal yang baik yang Allah inginkan adalah hubungan kita yang baik, penuh hormat dan kasih mesra kepada sesama orang dewasa, kedua gender, kepada anak-anak....bahkan sesama anak-anak.

Oleh sebab itu, Tuhan menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan adalah untuk memberikan kebaikan satu dengan yang lain. Memiliki teman akan menguatkan iman dan pengharapan. Ini akan memberikan kita kekuatan dalam menjalani kehidupan yang amat keras ini setiap hari. Kita janganlah beranggapan bahwa iman kepada Tuhan itu tidak memerlukan orang lain karena iman yang tidak dibagikan, tidak digunakan, tidak diterapkan dan tidak dilatih sama dengan tong yang nyaring bunyinya."Tidak baik manusia itu sendirian" oleh sebab itu, kalau anda sendirian....carilah teman dan belajarlah untuk lebih baik bagi orang lain.

Semoga hari anda menyenangkan!

The End of the Year

The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...