By Julia F. Lonan
Tadi malam anakku mengaku bahwa dia di "bully" di sekolah...dan sudah terjadi sejak dia kelas 1 SD. Terenyuh hatiku seketika dan kemudian semua emosi muncul satu persatu, mulai dari sedih, kemudian kasihan, dan akhirnya marah. Sungguh aku tidak menyangka di sekolah yang kami pilih dengan semua pertimbangan itu ternyata ada seorang anak yang membuat anakku stress sampai sakit. Reaksiku kemudian adalah keinginan untuk mencari anak itu dan melakukan hal-hal yang....tidak Kristiani....tapi, atas campur tangan Roh Kudus, pemikiran itu di tenangkan. Kemudian aku berargumen, dengan Roh Kudus yang menghalangi pemikiran jahatku itu, dengan mengatakan, bagaimana kalau aku memasukkan anakku les Karate....paling tidak dia dapat mempertahankan dirinya, menahan dan melampiaskan emosinya kepada olah raga. Tapi kemudian aku diingatkan bahwa kejahatan tidak pernah selesai dengan pembalasan. Roh Kudus benar-benar bekerja.
Akhirnya saat malam agak larut dan anak-anak sudah tidur, aku berdoa dan "mengadu" kepada Tuhan. Aku tidak terima anakku diperlakukan seperti itu. Aku ingin membalas...paling tidak ingin ngomong ke anak itu...sayangnya mengingat "status" ku yang "spesial" itu, akhirnya aku hanya bisa mengadu dan mengadu kepada Tuhan. Doaku penuh kekesalan dan kesedihan....aku hanya berharap Tuhan mengerti dan menerima doaku itu.
Pagi ini aku melihat-lihat beberapa situs tentang "bullying" ini. Ada banyak sekali situs yang berusaha membantu orang tua mengahadapi masalah ini. Sayang, situs seperti ini tidak aku temukan...tapi artikel yang mengangkat isu ini banyak. Kenapa ya orang Indonesia belum melihat masalah bullying ini sebagai sebuah masalah? Menurut pendapat dan pengamatan pribadiku adalah hal-hal berikut:
1. Kalau di kampung-kampung, masalah ini jarang terdeteksi karena semua orang saling mengenal, dan semua orang bisa memarahi anak yang mem "bully" itu...sehingga orang tua cukup keras dan berhati-hati terhadap perlakuan anaknya. Jadi bullying bisa kurang atau tidak ada.
2. Kalau di kota besar, orang tua sibuk bekerja dan individualistis...walaupun "over protective" terhadap anak-anak mereka, tapi tidak berkomunikasi dengan mereka, karena mereka hanya akan mendengar "laporan" perkembangan dari para pengasuh anak-anak mereka.
Oleh sebab itu, sepertinya kita sebagai orang tua harus lebih sensitif, membuka saluran komunikasi dan awas terhadap kejadian-kejadian di sekolah. Kalau anak kita ternyata si pem"bully" maka kita harus bisa merubah perilaku yang buruk itu sebelum anak kita tersandung masalah seperti halnya kasus-kasus tawuran dan bullying di Jakarta. Jika, anak kita adalah korban dari bullying, maka kita harus mencari tahu siapa si pem"bully" anak kita itu. Kalau bisa kita temui dan nasehati, maka kita harus membekali anak kita untuk bisa mempertahankan dirinya dan menguatkan hatinya. Selain itu, permasalah ini harus diketahui pihak POMG, guru dan sekolahnya agar mereka juga terlibat aktif dalam mencegah permasalah ini.
This is my life....my testimony of walking with Jesus through my daily activities; my works, my businesses, my ministries, my art and all the stuff I have to go through each and every day.....and occasionally I will talk about all the people in my life that encourage, support and love me. I hope you will learn something and be blessed through my writing. God Bless!
Tuesday, November 13, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The End of the Year
The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...
-
Baca dan perhatikanlah artikel ini: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/25/11094171/ahok.walaupun.saya.difitnah.dan.dihujat.saya.a...
-
"Mengenang om Umbu Tamu Kalaway" Dalam kasih, persaudaraan dan kekeluargaan RIP 15 November 2012 Oleh: Julia Lonan Dai...
-
The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...
No comments:
Post a Comment