Saturday, May 18, 2013

Bibit Tumbuh Karena Nutrisi Tanah, Air dan Matahari

Oleh Julia Lonan


Kembali saya ingin membahas sebuah pernyataan yang mengatakan "cinta saya kepadanya sudah
habis".  Bagi saya, ini tadinya merupakan pernyataan yang sulit dimengerti. Tetapi dalam pelayanan bahkan kehidupan sosial saya, sering kali saya mendengarkan pernyataan ini. mungkin yang paling membingungkan adalah bagaimana cinta itu "habis"? Kalau dia bisa habis, berarti tadinya ada yang mengisi/memberi? Atau itu hanya muncul tiba-tiba dalam keadaan penuh? Sungguh ini bagi saya aneh karena cinta bagi saya sangat abstrak. Sesuatu yang semu dan tidak kelihatan....hanya dirasa. Cinta bagi saya tidak bisa dibentuk, diganti, diisi atau ditumpahkan....jadi tidak bisa penuh dan tidak bisa habis. Oleh sebab itu, bagaimana bisa timbul ekspresi "cinta saya kepadanya sudah habis"? Tulisan saya kali ini terinspirasi sebuah kejadian yang saya alami sehingga saya mendapatkan pencerahan terhadap pernyataan atau ekspresi "cinta itu sudah habis". 

Saat seseorang itu "jatuh cinta" maka dia merasakan perubahan kimiawi didalam tubuhnya. Perubahan ini mendorong perilaku dan keinginan untuk selalu dekat dan berkomunikasi dengan orang yang dia "jatuhi cinta"nya. Ini pun berlaku pada konsep "mengasihi" yaitu saat kita mengasihi seseorang maka keinginan kita ingin selalu bersama dan berinteraksi dengan orang tersebut....dan ini bisa anak, orang tua, ataupun sahabat. Tetapi ekspresi "cinta itu habis" bisa juga terjadi pada "kasih". Mungkin sebelum saya meneruskan pembahasan ini, kita harus mengerti  konsep cinta dan kasih. Menurut saya ini merupakan persamaan kata yang secara teknis sebenarnya membahas konsep cinta Eros dan cinta Filia/Agape. Oleh sebab itu, untuk kepentingan penulisan ini, cinta itu bisa digunakan bersama/bergantian dengan kasih....*uugh...sebenarnya saya tidak mau terlalu teknis..tapi ya sudahlah....mari kita teruskan*.

Kembali kepada keadaan jatuh cinta atau mengasihi seseorang tadi; saat kita mulai membina hubungan cinta kasih itu, hal yang paling sering kita lakukan adalah berkumpul dan berkomunikasi untuk bertukar pikiran, "menggali dalamnya hati" dan mencari tahu akan perasaan orang tersebut kepada kita. Semua ini kita lakukan dengan bercerita dengan kata-kata, membaca bahasa tubuh, serta menginterpretasikannya sentuhan, jarak dan komunikasi dengan bantuan media Computer/telepon. Ini semua berlangsung dalam waktu tertentu, bisa cepat bisa lama, tetapi tetap dengan sebuah waktu tertentu. 

Itulah sebenarnya awal mula dan asal usulnya. Jika kita perhatikan saat kita "jatuh cinta", saya bisa menyimpulkan bahwa inilah saat-saat kita "mengisi" cinta kasih itu ke dalam diri kita atau ke dalam diri orang yang menjadi objek cinta kita. "Pengisian cinta" itu bisa berlaku dengan cepat, bisa dengan perlahan-lahan tergantung seberapa besar, cepat dan lancarnya jalur komunikasi itu. Inilah kemudian bisa juga kita gunakan saat kita ingin menghabiskan cinta itu, karena "habis cinta" itu tidak terjadi begitu saja, melainkan merupakan sebuah keputusan yang biasanya terjadi satu pihak karena kebutuhan komunikasi pihak tersebut tidak terpenuhi. Analogi yang saya pakai dalam hal ini adalah analogi bibit buah. Saat bibit itu dengan sengaja atau tidak sengaja ditanam ditanah yang siap menerima, maka bibit itu membutuhkan nutrisi tanah, air dan sinar matahari. Selama nutrisi tanah, air dan sinar matahari itu didapat dengan lancar, maka bibit itu pun akan bertumbuh dengan baik dan sesuai. Ini pun berlaku pada yang memberikan nutrisi tanah, air dan matahari. Jika tanah itu mulai mengering, air tidak dikasih dan matahari ditutup, maka bisa kita simpulkan bahwa bibit itu tidak akan bertumbuh, atau, kalaupun bertumbuh mungkin tidak bertahan lama bahkan akan mati. Begitulah cinta itu. Cinta yang kita samakan dengan bibit, akan bertumbuh dengan baik jika ada nutrisi tanah yaitu hati yang menerima, air sebagai jalur dan isi komunikasi serta matahari atau Tuhan yang terlibat dengan memberikan kehangatan dan menumbuhkannya.

Jadi sekarang marilah kita lihat kondisi bibit cinta kita, apakah baru atau sudah lama bertumbuh. Jangan kita cepat-cepat menyalahkan bibit atau tanah itu sehingga kita merasa lebih baik pindah tanah. marilah kita lihat apakah bibit itu lama bertumbuh, apakah tumbuhan itu kurus dan kering atau dia bertumbuh dengan baik sehingga berbuah dengan lebat? Jika belum bertumbuh atau belum bahkan kering dan tidak erat, maka marilah kita lihat apa yang telah berkurang dalam pertumbuhan cinta itu. Apakah faktor hati kita atau faktor air atau faktor matahari. Lihatlah tanah hati kita, apakah kita perlu memberikan humus tambahan berupa waktu, menggemburkannya dengan merubah cara kita berpikir atau memberikan obat pembersih hama karena ada orang lain yang berusaha untuk mengganggu hati dengan perkataan dan godaan yang buruk? Kemudian, lihatlah juga saluran air yang diberikan oleh pasangan atau orang yang kita sayangi itu. Apakah dia memberikan air dengan lancar, tepat waktu dan baik? Jika ini tidak terjadi, maka tanda dan peringatan yang Anda berikan haruslah jelas. Diskusikanlah keberatan anda karena bibit itu itu bukan hanya ada di hati Anda sendiri, melainkan juga di hati orang yang memberikan air itu. Anda juga harus lihat, apakah air dari Anda itu lancar atau juga tidak lancar. Yang terakhir, apakah Anda menut sinar matahari itu dari hati Anda? Apakah Anda berusaha mendekatkan diri dan berbicara pada Sang Sumber Kehangatan itu? Atau malah menutup dan menghindarinya? Ini semua haruslah ada dulu dalam hidup Anda karena, kalaupun Anda melibatkan pendeta untuk menengahi situasi habis cinta ini, maka pendeta pun akan mempertanyakan hal yang sama. 


Oleh sebab itu, nasihat saya agar cinta kita tidak habis, kering ataupun layu, bukanlah hal yang luar biasa yang jarang kita dengar; melainkan hal-hal yang sering kita dengar, tertawakan bahkan sering dianggap remeh. itu semua ada baiknya kita lihat dan evaluasi dimulai dengan melihat hati kita dahulu. Perbaikilah cara kita berpikir, tambahkan waktu untuk teman/pasangan Anda dan buanglah hal-hal yang akan mengganggu pertumbuhan cinta Anda termasuk beban masa lalu dan orang lain yang mengganggu. 

Kemudian, kita juga harus melancarkan jalur komunikasi. Ini terlebih penting bagi cinta yang sudah lama berjalan sehingga sering kali kita merasa bahwa teman/pasangan itu sudah tau apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan kita. Sayangnya....ini tidak benar. Kita belum menjadi telepat atau malaikat yang bisa membaca pikiran orang lain. Oleh sebab itu, usahakan agar kita tetap mengkomunikasikan perasaan, keinginan dan kebutuhan kita kepada teman/pasangan/orang tua kita. Itulah yang akan membasahi hati kita dan tetap menumbuhkan bibit dan memenuhkan cinta dalam hati kita. 

Terakhir dan tidak kalah penting adalah faktor Ilahi. Sejauh dan sebanyak apapun usaha yang kita lakukan untuk menumbuhkan bibit, tetapi kalau kita tidak melibatkan Allah Surgawi maka bibit itu tidak akan tumbuh dengan sehat, memiliki kelainan dan akan cepat mati...maka habislah cinta itu. Ketiga hal itu merupakan hal-hal yang esensial dan terpenting untuk mengisi dan menumbuhkan cinta dalam hati kita. Oleh sebab itu, marilah kita kembali melihat kepada kita sendiri dan cobalah untuk bertanya, apakah cinta itu habis karena hati kita yang sudah tidak subur lagi, air yang tidak ada atau kita tidak dekat dengan Tuhan? ***

No comments:

The End of the Year

The year 2019 is coming to an end. I noticed that I have not been writing for two and half years. So, I cannot help but feeling a bit ....hm...